Rabu, 18 Maret 2009

Wow, Ada Ubur-ubur Berwarna Pelangi

Rabu, 18 Maret 2009 19:11 WIB
CANBERRA, KOMPAS.com — Seekor ubur-ubur yang hidup di perairan Pulau Tasmania, Australia, sangat unik dengan nyala warna-warni pelangi, merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu berderet di bagian bawah tubuhnya. Saking uniknya, seorang pakar ubur-ubur pun langsung yakin bahwa ubur-ubur itu sebagai spesies baru waktu melihatnya pertama kali.Warna-warni pelangi terlihat di bagian cilia, sepasang alat tubuh mirip rambut yang bergerak serempak saat ubur-ubur berenang di perairan. Nyala pelangi tersebut tidak dihasilkan sendiri oleh tubuh ubur-ubur seperti hewan bioluminiscent, tetapi dari pantulan cahaya yang jatuh ke permukaan cilia tersebut. "Spesies baru ini masuk dalam Ctenophora, kelompok hewan yang aneh dan belum banyak diketahui," kata Lisa Gershwin yang merupakan kurator ilmu alam di Museum dan Galeri Seni Ratu Victoria di Tasmania. Untuk seekor ubur-ubur, ukuran tubuhnya relatif besar dengan panjang 13 sentimeter. Meski demikian, tubuh hewan tak bertulang belakang itu sangat rapuh. Buktinya, saat terkena jaring untuk diangkat ke permukaan, tubuhnya langsung rusak. Gershwin menemukannya saat melakukan observasi menggunakan tangki khusus yang memudahkannya mengamati hewan-hewan bawah air. Ini merupakan spesies ubur-ubur ke-159 yang pernah ditemukannya.

Dunia Kehilangan 70 Juta Hektar Hutan dalam 15 Tahun

Selasa, 17 Maret 2009 09:26 WIB
ROMA, KOMPAS.com — Dunia kehilangan 70 juta hektar hutan dalam 15 tahun antara 1990-2005. Demikian laporan Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) yang disiarkan Senin (16/3).
Menurut laporan berjudul "State of the World's Forest", kebanyakan penggundulan hutan terjadi di Amerika Selatan, Afrika, dan Karibia. Faktor pemicu pengurangan luas hutan terutama didorong tingginya harga pangan dan bahan bakar akan mendorong kegiatan pembersihan hutan bagi produksi hewan ternak dan lahan pertanian untuk menghasilkan makanan, sumber nafkah, dan bahan bakar bio.
Dari 1990 sampai 2005, Amerika Latin kehilangan 64 juta hektar hutan. Luasan ini mewakili sebanyak tujuh persen dari seluruh jumlah hutan di dunia, kata laporan tersebut.
Afrika kehilangan delapan juta hektar hutan dari 1990 sampai 2005. Di Afrika, kehilangan hutan tampaknya akan berlanjut dengan kebijakan saat ini. Laporan tersebut menegaskan bahwa kemarau yang kian sering terjadi, turunnya pasokan air, dan banjir akan merusak upaya guna mengelola hutan Afrika secara berkelanjutan.
"Di Asia dan Pasifik, tempat lebih dari separuh penduduk dunia dan sebagian negara yang berpenduduk paling padat di dunia, tuntutan akan kayu dan produk kayu diperkirakan terus naik sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan penghasilan," kata laporan itu.
FAO menyatakan langkah penggurunan di negara berkembang tampaknya tak akan turun dalam waktu dekat.

Flandy/Vita Berpasangan Lagi di India Terbuka

Rabu, 18 Maret 2009 17:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan ganda campuran nomor dua Pelatnas Cipayung, Flandy Limpele/Vita Marissa, akan kembali berpasangan. Mereka bakal tampil pada turnamen Grand Prix Gold India Terbuka, 24-29 Maret.
Vita sendiri yang memastikan hal itu. Dia mengaku sudah bertemu dengan Flandy yang belakangan ini berpasangan dengan pebulu tangkis Rusia, Anastasia Russkikh.
"Ya, kami jadi mengikuti India Terbuka, tadi sudah bertemu dengan Flandy dan mungkin besok mulai berlatih bersama," ujar Vita, Rabu (18/3), mengenai pasangannya yang baru kembali mengikuti turnamen di Eropa.
Bersama Russkikh, Flandy mencapai semifinal All England. Sayang, di Swiss Terbuka Super Series langkah mereka langsung terhenti di babak pertama.
Ketika menjadi pasangan, Flandy/Vita langsung menjadi juara Jepang Super Series 2006 yang merupakan turnamen pertama mereka. Secara keseluruhan, mereka mencatat lima gelar selama berduet hingga Olimpiade Beijing, Agustus 2008.
Selain juara di Jepang, Flandy/Vita juga memenangi Singapura dan Perancis Super Series serta Taiwan Terbuka pada 2007, dan Kejuaraan Asia 2008.
Terakhir, mereka tersingkir di semifinal Olimpiade. Sebelum dipisah, Vita dipasangkan dengan Muhammad Rijal, sedangkan Flandy berduet dengan Greysia Polii.
Di India terbuka yang menyediakan total hadiah 120.000 dollar AS, Flandy/Vita menjadi unggulan ketiga. Vita berharap, pada turnamen pertamanya setelah keluar dari tim nasional ini mereka bisa meraih gelar juara.
"Saya tidak pernah memasang target, tetapi setiap saya mengikuti kejuaraan pasti ingin jadi juara," kata pebulu tangkis kelahiran 4 Januari 1981 yang keberangkatannya ke India disponsori oleh Yonex itu.
Dalam undian pertandingan yang dikeluarkan Rabu, Flandy/Vita mendapat bye pada putaran pertama. Namun, mereka berpeluang bertemu pasangan nonpelatnas lainnya, Alvent Yulianto/Jo Novita, jika pasangan tersebut berhasil mengalahkan ganda China, Shen Ye/Ma Jin.
Vita juga akan tampil di nomor ganda putri. Mantan pasangan Liliyana Natsir di Pelatnas Cipayung tersebut akan berpasangan dengan Nadya Melati.
Selain mereka, ada juga beberapa mantan pemain pelatnas yang ambil bagian dalam turnamen ini. Mereka antara lain Hendra AG/Endang Nursugianti, Candra Wijaya/Joko Riyadi, dan Taufik Hidayat.

Lebih Baik SBY dan Mega "Berpandang-pandangan dari Jauh"

Rabu, 18 Maret 2009 13:57 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana pertemuan dua pemimpin nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Presiden Megawati, tampaknya belum akan terwujud. Hubungan yang dikabarkan "dingin" di antara keduanya selama hampir lima tahun ini dibantah Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung.
Pramono mengatakan, secara pribadi Mega merasa tak ada persoalan dengan SBY. "Kemarin kami sudah berkonsultasi. Ibu Mega bisa ketemu dengan siapa saja dan tidak memutuskan silaturahmi dengan siapa pun," kata Pramono kepada wartawan di kediaman Megawati di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/3).
Namun, diakui, terdapat perbedaan pandangan politik di antara keduanya. Ia meminta, persoalan pertemuan keduanya tak didramatisasi dan dipolitisasi, apalagi menjelang pemilu. "Dulu waktu SBY dipecat sebagai menko oleh Gus Dur, orang yang kemudian mengangkatnya adalah Ibu Mega. Jadi jangan didramatisasi menjelang pemilu bahwa pertemuan jadi agenda utama," ujarnya.
Dikatakan Pramono, secara kelembagaan PDI Perjuangan dan Demokrat pernah berkomunikasi. Namun, pertemuan SBY dan Mega harus didasari agenda yang jelas. Kesiapan keduanya menjadi capres, menurut Pramono, membuat keduanya harus fokus mempersiapkan diri. Pernyataan menarik dilontarkannya bahwa SBY dan Mega lebih baik berpandangan dari jauh.
"Pak SBY sudah menyatakan jadi calon presiden, Ibu Mega juga begitu. Tentunya lebih baik berpandang-pandangan dari jauh untuk mempersiapkan diri masing-masing. Pandang-pandangan juga bagian dari bagaimana kita memberikan doa," kata Pramono sambil tersenyum.

Di Bandung, PKS Kerahkan 7.000 Simpatisan

Kamis, 19 Maret 2009 11:06 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Mohammad Hilmi Faiq
BANDUNG, KOMPAS.com — Setelah dua hari kampanye terbuka di Bandung terkesan sepi, kali ini kampanye benar-benar meriah, Rabu (19/3). Partai Keadilan Sejahtera mengerahkan sekitar 7.000 kader dan simpatisannya yang difokuskan di tiga titik.Di Lapangan Abra Sukajadi, sedikitnya 1.000 kader dan simpatisan PKS menggelar kampanye terbuka. Kampanye ini diramaikan dengan orasi politik oleh para caleg PKS, antara lain Tete Qomarudin, Suhana Surapranata, dan Ahmad Kuncaraningrat. "Semua juru kampanye tidak lagi berkampanye atau menyosialisasikan dirinya sendiri. Saatnya mereka mengampanyekan parpol," kata Ketua DPD PKS Bandung Haru Suandharu.Kampanye juga diramaikan oleh pasar murah. Pengunjung dapat membeli berbagai macam jajanan pasar, seperti cuanki, lumpia, es cendol, dan lainnya.Sementara itu, kampanye PKS di Lapangan Gasmin Antapani mengerahkan 1.000 orang untuk membersihkan lapangan. PKS juga menyediakan 8 tukang cukur untuk potong rambut massal."Siang kami menggelar kampanye dengan 5.000 orang di GOR Pajajaran," ujar Haru.

coba

saya orang baru yang mencoba layanan blog ini